Bahasa India Apa Itu
Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Istilah “Bansos”
Penggunaan istilah “bansos” dalam bahasa gaul punya sisi positif dan negatif. Di satu sisi, istilah ini bisa bikin ngobrol tentang bantuan sosial jadi lebih santai dan gampang dimengerti. Bayangin aja, kamu lagi ngobrol sama temen dan tiba-tiba ngomongin “program bansos”.
Pasti lebih cepet ngeh dibanding ngomong “program bantuan sosial”.
Di sisi lain, penggunaan “bansos” yang terlalu sering bisa bikin makna aslinya jadi kabur. Misalnya, “bansos” bisa dipake buat ngomongin hal-hal yang gak ada hubungannya sama bantuan sosial, kayak “Eh, gue dapet bansos nih dari temen gue”. Ini bisa bikin makna bantuan sosial jadi gak jelas dan malah keliatan remeh.
Ilustrasi Kesalahpahaman dan Persepsi Berbeda
Bayangin aja, kamu lagi ngobrol sama temen kamu dan tiba-tiba ngomongin “bansos”. Temen kamu mungkin ngebayangin kamu lagi ngomongin tentang bantuan sosial, padahal kamu lagi ngomongin tentang hadiah yang kamu dapet dari temen lain. Ini bisa bikin kesalahpahaman dan malah bikin temen kamu ngira kamu lagi ngomongin hal-hal yang gak bener.
Atau, bayangin lagi, kamu lagi ngobrol sama orang tua kamu dan tiba-tiba ngomongin “bansos”. Orang tua kamu mungkin ngebayangin kamu lagi ngomongin tentang program bantuan sosial, padahal kamu lagi ngomongin tentang uang jajan yang kamu dapet dari orang tua kamu.
Ini bisa bikin orang tua kamu ngira kamu lagi ngomongin hal-hal yang gak penting dan malah bikin kamu keliatan gak dewasa.
Contoh Penggunaan “Bansos” dalam Bahasa Gaul
Contohnya, ketika temen kamu bilang “Gue lagi bokek nih, butuh bansos buat beli jajan,” dia sebenarnya minta uang jajan. Atau ketika kamu bilang “Bansos gue habis, mau minta sama ortu dulu deh,” kamu sebenarnya sedang kehabisan uang saku.
Evolusi Penggunaan Istilah “Bansos”
Penggunaan istilah “bansos” dalam bahasa gaul mengalami beberapa evolusi. Pada awalnya, istilah ini digunakan untuk merujuk pada bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah, seperti beras, minyak goreng, atau uang tunai. Namun, seiring dengan berkembangnya media sosial dan budaya internet, istilah “bansos” mulai digunakan dalam konteks yang lebih luas.
Ilustrasi Penggunaan Istilah “Bansos” dalam Bahasa Gaul
Untuk lebih memahami bagaimana penggunaan istilah “bansos” dalam bahasa gaul berkembang, mari kita lihat beberapa ilustrasi:
Variasi dan Penggunaan Bansos
Siapa sih yang gak kenal sama istilah “bansos”? Di era digital sekarang, istilah ini udah jadi bahasa gaul yang sering kita denger di berbagai platform, mulai dari media sosial sampai percakapan sehari-hari. Tapi, tau gak sih kalau “bansos” ini punya banyak variasi dan penggunaan yang unik?
Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang variasi dan penggunaan “bansos” dalam bahasa gaul.
Bansos, dalam bahasa gaul, bisa dibilang “uang jajan” dari pemerintah, lho! Nah, buat para kakek-nenek kita yang udah lanjut usia, ada program khusus namanya “bansos untuk lansia” yang bisa diakses di sini. Jadi, selain “uang jajan”, bansos juga bisa diartikan sebagai “tanda sayang” pemerintah buat para lansia yang udah berjuang membangun negeri ini.
Perbedaan Penggunaan “Bansos” dalam Bahasa Gaul dan Bahasa Formal
Variasi Penggunaan Istilah “Bansos”
Istilah “bansos” dalam bahasa gaul punya banyak variasi yang menarik. Selain “bansos” itu sendiri, kita juga sering menemukan istilah-istilah lain seperti “bansos-bansos” atau “bansos-an” yang punya makna serupa. Variasi ini menunjukkan bagaimana bahasa gaul terus berkembang dan beradaptasi dengan konteks penggunaan.
Tema: Random Wikipedia Article
Artikel yang kupilih untuk tema hari ini berjudul Languages of India di Wikipedia Bahasa Inggris. Aku pribadi lebih suka menggunakan Wikipedia berbahasa asing tersebut karena informasi yang disampaikan biasanya lebih banyak.
Sementara saat membaca Wikipedia Bahasa Indonesia, aku kerap kali menemukan sejumlah artikel yang diterjemahkan seadanya dengan bantuan Google Translate tanpa ada penyuntingan lebih lanjut sehingga hasilnya pun yaaa, mohon maaf, jelek.
Sebelum mulai menulis, jujur aku agak bingung dengan tema ini. Saat mengobrol dengan salah seorang teman dari kegiatan ini, ternyata beliau juga mengalami hal yang serupa. Kami bingung harus membuat tulisan ini menjadi seperti apa.
Ingin menjadi apaaa, setelah dewasa… #nyanyi
Namun, setelah beberapa kali membaca keterangan dari tema ini, yakni:
“Masuklah ke situs Wikipedia, pilih satu artikel, mengenai apa saja. Buatlah tulisan mengenainya. Ingat, bukan copy-paste, namun lebih ke bagaimana kamu bisa menguraikan tanggapanmu terhadap artikel tersebut.”
Kami pun akhirnya sepakat bahwa kami tidak boleh hanya asal comot—meng-copy–paste, mengalihbahasakan, dan kemudian mem-post publish—tetapi kami harus membuat sebuah tulisan uraian mengenai artikel tersebut.
Semoga spekulasi ini tidak salah. Kalau salah, ya sudah. Setidaknya sudah setor. #sikap #mohonjanganditiru
Oke, mari kita kembali ke artikel yang hendak kubahas. Aku memilih artikel ini karena ketertarikanku pada bahasa dan kebetulan saat ini aku masih berada di India.
Artikel yang berisi 6494 kata ini sangat menarik, komprehensif, serta panjang. Sampai dengan kalimat ini diketik (23.25 GMT +5.30), aku baru membaca sekitar setengah bagian dan belum bisa menyerap semua informasi yang disajikan di situ sepenuhnya. Namun, aku akan tetap berusaha memberikan ulasan mengenai artikel ini dengan sebaik mungkin.
*Penulis berusaha menyelesaikan bacaannya dan akan kembali dalam beberapa menit.*
Kalimat tersebut ditulis oleh Admin yang adalah penulis sendiri. #baik
Sebelum berkunjung ke India, ada tiga bahasa di India yang memang sudah kuketahui, hanya dari namanya saja, yakni Hindi, Tamil, dan Bengali. Namun, setelah sampai di sini dan tinggal selama sembilan bulan, aku jadi tahu kalau India punya banyaaaak sekali bahasa.
Aku menemukan gambar di atas dari salah satu artikel rujukan yang dicantumkan di bagian referensi.
Secara garis besar, terdapat dua kelompok bahasa yang terdapat di India, yakni kelompok Bahasa Indo-Arya di India Utara serta kelompok Bahasa Dravidia di India Selatan.
Bahasa Hindi menjadi bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk India, yakni sebanyak lebih dari 400 juta jiwa (sensus India di tahun 2001).
Banyaknya bahasa yang terdapat di India ini, menurutku, merupakan pengaruh dari adanya kerajaan-kerajaan yang dulu berkuasa di wilayah India.
Di satu sisi, banyaknya bahasa yang dimiliki oleh suatu negara membuat negara tersebut menjadi kaya dengan nilai budaya dan sejarah. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga dapat menyebabkan munculnya konflik karena perbedaan bahasa yang dituturkan oleh tiap-tiap penduduk.
Hal ini pun secara tidak langsung diperparah oleh sistem kasta yang masih dianut oleh sebagian besar penduduk India, bahkan hingga saat ini. Jadi, seolah akan terkesan wajar saat ada gesekan karena perbedaan bahasa tersebut. Lah wong yang ngomongnya pake bahasa yang sama aja, tetapi berbeda kasta, bisa muncul konflik. Apalagi ini, yang cas-cis-cus-nya pake bahasa yang gak sama.
Seperti yang terjadi sebelum masa kemerdekaan India di tahun 1947.
Pada tahun 1946, terjadi konflik antara sejumlah-orang-yang-setuju-dan-menginginkan-Bahasa-Hindi-menjadi-bahasa-resmi dengan mereka-yang-tidak-setuju. Penutur Bahasa Hindi, yang merupakan mayoritas, tentu ingin bahasa mereka digunakan sebagai bahasa resmi. Namun, penduduk India lain yang bukan merupakan penutur Bahasa Hindi, menentang dengan alasan bahwa bahasa nasional harus bisa menjadi lingua franca bagi semua warga negara.
Karena alasan tersebut, di dalam Konstitusi India, Bahasa Inggris pun ditambahkan sebagai bahasa resmi kedua setelah Bahasa Hindi—yang ditulis dengan aksara Devanagari. Namun, jika tidak ada amendemen, maka dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya konstitusi tersebut (26 Januari 1950), penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi harus dihentikan.
Menjelang tahun 1965, terjadi kekacauan besar-besaran di sejumlah negara bagian.
Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru, berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan tetap memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi India.
Akhirnya di tahun 1967, Pemerintah India melakukan amendemen terhadap Konstitusi India. Hasil amendemen tersebut memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris, bersama dengan Bahasa Hindi yang ditulis dalam aksara Devanagari, sebagai bahasa resmi di tingkat nasional.
Karena banyaknya bahasa di India, berdasarkan Konstitusi India, tidak ada satu bahasa pun yang memperoleh status sebagai bahasa nasional.
Mungkin biar gak sisirikan.
Aku juga baru tahu hari ini kalau bahasa resmi dengan bahasa nasional itu berbeda.
Hal menarik lain yang kutemukan dari artikel ini adalah dipilihnya 22 bahasa di India sebagai bahasa resmi. Jika Bahasa Hindi dan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa resmi pada tingkat nasional, maka penggunaan ke-22 bahasa ini (termasuk Hindi, tidak termasuk Inggris) sebagai bahasa resmi hanya berlaku di tingkat negara bagian.
Dua puluh dua bahasa resmi tersebut adalah Assamese, Bengali, Bodo, Dogri, Gujarati, Hindi, Kannada, Kashmiri, Konkani, Maithili, Malayalam, Meitei, Marathi, Nepali, Odia, Punjabi, Sanskrit, Santali, Sindhi, Tamil, Telugu, serta Urdu.
Jika melihat dari jumlahnya, maka keragaman bahasa di India dan Indonesia bisa dibilang hampir sama. Namun, aku harus mengakui bahwa India lebih unggul dalam satu poin penting, yakni setiap bahasa di India masih menjaga sistem penulisan tradisional bahasa mereka secara utuh.
Sementara di Indonesia, meskipun sama-sama beragam, tetapi sebagian besar penutur bahasa daerah di Indonesia pasti sangat jarang yang bisa menuliskan bahasa daerah mereka dengan sistem penulisannya.
Selain itu, Pemerintah India juga memberikan perhatian khusus kepada beberapa bahasa yang mempunyai nilai-nilai historis berharga, yang kemudian dikategorikan sebagai bahasa klasik.
Sampai saat ini, ada enam bahasa klasik yang telah diakui oleh pemerintah India, yakni sebagai berikut (diurutkan berdasarkan tahun diperolehnya penghargaan tersebut):
Untuk menutup tulisan ini, aku kembali ingin mengutip sebuah informasi dari artikel tersebut. Di salah satu tabel, tersaji data yang menunjukkan bahwa banyak penduduk India yang menguasai lebih dari satu bahasa, yakni Bahasa Hindi, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah mereka.
Mungkin sama seperti sebagian besar orang Indonesia yang bisa Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah. Namun, di sini aku harus mengakui bahwa orang India agak lebih baik. Sebab selain bisa menuturkan bahasa daerah mereka, mereka pun masih mempraktekkan sistem penulisan bahasa tersebut.
Meskipun setelah kupikir-pikir lagi, mungkin perbandingan tersebut tidaklah kesemek to kesemek. Sebab jika berbicara mengenai bahasa dan kompleksitasnya, aku menganggap semua bahasa itu sama dan setara, tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk.
Apa itu bansos dalam bahasa gaul – Pernah denger istilah “bansos” di tengah obrolan anak muda? Bukan, bukan tentang bantuan sosial yang biasa kita dengar di berita. Di dunia pergaulan, “bansos” punya makna lain yang lebih nyeleneh dan kadang bikin ngakak. Bayangin, kamu lagi asyik ngobrol bareng temen, tiba-tiba dia bilang “Eh, gue baru dapet bansos nih!”.
Kira-kira apa yang dia maksud? Yuk, kita kupas tuntas arti “bansos” dalam bahasa gaul!
Dalam bahasa gaul, “bansos” bisa berarti banyak hal, mulai dari barang gratisan yang didapat secara tiba-tiba, sampai hadiah tak terduga dari orang lain. Penggunaan istilah ini seringkali diiringi dengan rasa senang dan lucu, menggambarkan situasi yang tak terduga dan menguntungkan.
Istilah ini juga sering digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang bersifat “untung-untungan” atau “dapat rejeki nomplok”.
Dampak Bansos dalam Bahasa Gaul
Siapa yang gak kenal sama istilah “bansos”? Istilah yang dulu identik dengan bantuan sosial, kini merambah ke dunia gaul dan sering dipakai dalam berbagai konteks. Tapi, apa sih dampaknya buat bahasa kita dan cara kita ngeliat bantuan sosial?